.gif)
Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian menghadiri acara penutupan rangkaian Hari Ulang Tahun (HUT) ke-45 Dewan Kerajinan Nasional (Dekranas) di Kalimantan Timur. Dalam sambutannya, Tito memberikan refleksi mendalam mengenai peran strategis kerajinan sebagai bagian dari sektor UMKM yang menjadi tulang punggung perekonomian nasional.
Tito menyampaikan bahwa masih banyak pihak yang belum sepenuhnya memahami peran Dekranas dalam mendorong pertumbuhan ekonomi berbasis kerajinan atau handicraft. Ia menggarisbawahi bahwa produk kerajinan merupakan bagian dari UMKM, sektor yang terbukti tangguh dan mampu bertahan dalam krisis, termasuk saat pandemi COVID-19 melanda pada tahun 2020.
"Mungkin banyak yang sudah pulang, tapi tidak apa-apa, saya tahu ini direkam dan nanti akan disampaikan. Saya titip betul, jangan kecilkan peran UMKM, termasuk kerajinan. Ini adalah tulang punggung ekonomi kita," ujar Tito.
Ia mencontohkan bagaimana beberapa provinsi seperti Maluku Utara, Sulawesi Tengah, Papua, dan Daerah Istimewa Yogyakarta mampu mencatat pertumbuhan ekonomi positif di tengah guncangan global karena sektor yang kuat. Menariknya, DIY justru bertahan bukan karena keberadaan perusahaan besar, melainkan karena kekuatan UMKM yang dikelola dengan baik oleh pemerintah daerah.
"Saya ke Jogja, ngobrol dengan Sri Sultan. Tidak ada Freeport, tidak ada smelter, tapi UMKM-nya luar biasa. Diberi insentif, akses perbankan, dan banyak festival. Ini menjadi bukti nyata bahwa UMKM bisa menyerap tenaga kerja dan menggerakkan ekonomi riil," ungkap Tito sambil menyelipkan kisah ringan saat berdiskusi sambil bermain golf bersama Gubernur DIY.
Lebih lanjut, Tito mengungkapkan data global yang menunjukkan potensi besar industri kerajinan dunia yang mencapai nilai pasar hingga Rp360 triliun. Meski Indonesia dikenal memiliki kekayaan ragam kerajinan yang luar biasa, namun belum masuk dalam daftar 10 negara pengekspor kerajinan terbesar dunia.
“India nomor satu. Lalu China, Vietnam, Thailand. Indonesia? Kita nomor lima dalam keanekaragaman, tapi belum jadi kekuatan pasar dunia. Ini tantangan besar,” ujarnya.
Tito juga menyinggung bahwa belum ada pusat kerajinan dunia yang berlokasi di Indonesia, berbeda dengan negara-negara seperti Thailand, Italia, dan Hong Kong yang sudah memiliki destinasi utama pameran kerajinan kelas dunia.
"Sunday Walking Street di Thailand, Florence di Italia, itu pusat dunia. Kita belum punya. Padahal, produk kerajinan kita sangat kaya dan unik."
Produk-produk kerajinan yang paling populer di pasar dunia, menurut Tito, mencakup dekorasi rumah, perhiasan, lilin, kerajinan kayu, tenun tangan, hingga tembikar. Ia mengajak seluruh pihak untuk mulai memperkuat UMKM kerajinan agar bisa bersaing secara global.
Dalam paparannya, Tito juga menyebut beberapa provinsi Indonesia yang menjadi sentra potensial kerajinan seperti Jawa Timur, Bali, Yogyakarta, Jawa Tengah, Papua, Sumatera Utara, Riau, dan Sulawesi Utara. Beberapa brand UMKM lokal bahkan sudah menembus pasar internasional, seperti produk fashion Smelly Mo yang dikenal di London.
"Sudah ada pelaku usaha kita yang mendunia. Ini tinggal diperkuat dan diperluas. Kalau semua kompak, Dekranas bisa menjadi kekuatan besar UMKM nasional," tegas Tito.
Acara penutupan ini menandai berakhirnya seluruh rangkaian HUT ke-25 Dekranas tahun 2025 yang telah berlangsung dengan berbagai kegiatan, mulai dari pameran, pelatihan, hingga talkshow inspiratif. Hadir pula perwakilan daerah, pengrajin, pelaku UMKM, serta tokoh-tokoh ekonomi kreatif dari seluruh Indonesia.
