Spektrum Id New York, 6 Agustus 2025 — Dalam sidang terbuka Dewan Keamanan PBB yang digelar untuk membahas situasi penyanderaan di Jalur Gaza, perwakilan tetap dari Negara Pengamat Palestina menyampaikan pidato tegas yang menggugah dan sarat kritik terhadap Israel. Ia menyerukan gencatan senjata segera, pembebasan sandera dan tahanan Palestina, serta penghentian pendudukan Israel yang disebutnya penuh kekerasan dan pelanggaran hukum internasional.
Mewakili Palestina, sang pembicara membuka dengan ucapan selamat kepada Panama yang menjabat sebagai Presiden Dewan Keamanan dan menyampaikan apresiasi atas pengarahan dari Asisten Sekretaris Jenderal Yansha serta kesaksian emosional Eli David—saudara dari seorang sandera Israel. Namun ia menegaskan, penderitaan tidak hanya menimpa keluarga sandera Israel, tetapi juga jutaan rakyat Palestina yang hidup di bawah pengepungan dan ancaman bom setiap hari.
Desakan Gencatan Senjata dan Bantuan Kemanusiaan
"Sejak hari pertama, rakyat Palestina di Gaza dan keluarga para sandera telah menyerukan gencatan senjata," katanya. Ia menekankan bahwa gencatan senjata tidak hanya menyelamatkan nyawa, tetapi juga membuka akses bantuan kemanusiaan, membebaskan para sandera dan tahanan, serta memungkinkan rekonstruksi Gaza yang hancur.
“Ini memberi peluang bagi perdamaian dan memberi kita semua harapan,” ujarnya. Ia menyerukan Dewan Keamanan untuk melaksanakan resolusi yang telah disepakati dan memulai langkah nyata guna mengakhiri kekerasan dan penjajahan.
Kritik Keras Terhadap Kebijakan Israel
Dalam pernyataannya, perwakilan Palestina menuduh Israel tidak mengindahkan seruan global, bahkan dari keluarga sandera dan mantan pejabat militer Israel sendiri. Ia menyebut bahwa Israel justru memperluas pendudukannya di Gaza, mencaplok tanah Palestina, dan terus menggusur penduduk sipil.
“Israel menyerukan dunia untuk menentang pelanggaran hukum internasional, tetapi tidak menyadari bahwa deskripsi pelanggaran itu justru menggambarkan tindakan pemerintahnya sendiri terhadap rakyat Palestina di Gaza,” tegasnya.
Ia juga menyinggung laporan penyiksaan terhadap para tahanan Palestina, termasuk video kekerasan seksual dan fisik yang dilakukan oleh penjaga penjara Israel. Disebutkan pula bahwa 76 tahanan Palestina tewas dalam dua tahun terakhir akibat penyiksaan, kelaparan, dan kelalaian medis.
Kondisi Warga Palestina yang Ditahan dan Disiksa
Lebih lanjut, ia menyampaikan bahwa ribuan warga Palestina, termasuk anak-anak, masih ditahan tanpa pengadilan yang adil. Bahkan lebih dari 1 juta warga telah ditahan sejak awal pendudukan 58 tahun lalu. Ia menyebut praktik ini sebagai bentuk penahanan paling sewenang-wenang dan melanggar hak asasi manusia.
“Ketika Israel menembaki warga yang mencari air dan makanan, saat bayi dan anak-anak meninggal akibat kelaparan, dan mereka yang selamat hidup dalam trauma, dunia tidak boleh diam,” tegasnya.
Seruan untuk Kemanusiaan dan Perdamaian
Perwakilan Palestina menegaskan bahwa membunuh warga sipil, siapa pun mereka dan apa pun latar belakangnya, tidak pernah dapat dibenarkan. Ia menyatakan dengan lantang: “Pembunuhan warga sipil, semua warga sipil, tidak dapat diterima dalam keadaan apa pun. Pembunuhan anak-anak tidak dapat diterima dalam keadaan apa pun.”
Ia menutup pernyataannya dengan menyerukan pada komunitas internasional untuk menghentikan pembiaran terhadap kekejaman, dan memilih jalur damai sebagai satu-satunya jalan keluar dari konflik yang telah berlangsung puluhan tahun.
Pertemuan Dewan Keamanan ini menjadi sorotan dunia karena memperlihatkan ketegangan mendalam dan krisis kemanusiaan akut yang masih berlangsung di Gaza. Sementara perwakilan Israel juga telah menyampaikan pandangannya, pernyataan Palestina menambah tekanan bagi PBB dan negara-negara anggota untuk segera mengambil tindakan nyata.