Spektrum Id New York, 4 Agustus 2025 Ratusan demonstran berkumpul di depan Hotel Trump, Manhattan, New York, menyerukan kepada pemerintah Amerika Serikat untuk mengambil tindakan nyata dalam mengakhiri penderitaan rakyat Gaza. Aksi ini merupakan respons atas bencana kemanusiaan yang terus memburuk akibat blokade dan serangan yang dilakukan Israel di wilayah tersebut.
Dalam orasinya, para demonstran menuntut tiga hal utama: penghentian perang, pengiriman bantuan makanan secara menyeluruh ke Gaza, dan pemulangan para sandera. “Kita di sini hari ini, di seberang Hotel Trump, untuk menyerukan kepada pemerintah AS agar melakukan segala daya upaya untuk mengakhiri perang ini,” ujar salah satu orator. “Seperti hancurnya Bait Suci, bencana ini tidak akan berakhir dalam sehari, seminggu, atau sebulan.”
Menurut para pengunjuk rasa, mengakhiri perang hanyalah langkah awal. Mereka menuntut solusi politik jangka panjang yang menjamin hak asasi manusia bagi rakyat Palestina dan Yahudi secara setara, termasuk hak untuk hidup dengan aman dan menentukan nasib sendiri.
Demonstrasi ini juga mencerminkan meningkatnya kesadaran global, termasuk di kalangan masyarakat Yahudi, mengenai perlunya keadilan bagi Palestina. “Kabar baiknya adalah semakin banyak orang Yahudi di seluruh dunia yang menyerukan keselamatan dan keadilan bagi orang Palestina maupun Israel. Bersama-sama, kita dapat beralih dari bencana menuju penghiburan, lalu penebusan,” seru seorang aktivis.
Para demonstran mengecam tindakan pemerintah Israel yang dianggap menggunakan penderitaan keluarga sandera untuk membenarkan operasi militer mereka di Gaza. “Tahun 2023, pemerintah Israel telah melancarkan kampanye teror tanpa henti terhadap rakyat Gaza,” ujar seorang pembicara. “Kini, hampir dua tahun kemudian, bendungan opini publik mulai jebol.”
Mereka menggambarkan kondisi warga Gaza yang hidup dalam kelaparan ekstrem, berjuang mendapatkan sekantong tepung, dan menghadapi ancaman kematian di setiap lokasi distribusi bantuan. “Kita telah menyaksikan kerangka manusia yang putus asa demi sekantong tepung, ditembak mati oleh penembak jitu. Seharusnya tidak pernah sampai seperti ini.”
Demonstran juga mendesak rakyat Amerika untuk bertindak: “Tidak ada waktu untuk disia-siakan. Kita memiliki tanggung jawab untuk memanfaatkan titik kritis ini guna mendorong kebijakan konkret dari pemerintah AS yang bisa membawa keadilan nyata bagi rakyat Gaza.”
Dalam orasi yang emosional, peserta aksi menantang publik untuk keluar dari zona nyaman mereka dan bertanya pada diri sendiri: Apa yang bisa saya lakukan hari ini untuk memajukan keadilan Palestina, meskipun itu terasa tidak nyaman?
Mereka juga menekankan pentingnya mendengarkan suara warga Palestina, baik yang berada di wilayah konflik maupun diaspora, yang telah lama menyuarakan penderitaan mereka. “Dengarkan Motaz, dengarkan Marad. Dengarkan tetangga Palestina Anda yang telah memperingatkan selama beberapa dekade apa yang akan terjadi,” tegas seorang orator.
Demonstrasi ini berlangsung damai dengan pengawalan ketat dari aparat kepolisian. Para peserta berjanji akan terus melakukan aksi hingga pemerintah AS mengubah kebijakannya yang selama ini dianggap menyokong kekerasan di Gaza melalui dukungan militer kepada Israel.