Spektrum.id | Yerusalem, Israel – 13 Oktober 2025Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, tiba di Israel pada Senin pagi dalam kunjungan resmi yang bertepatan dengan tahap akhir pembebasan sandera oleh kelompok Hamas. Kunjungan tersebut menjadi bagian dari upaya diplomatik untuk memperkuat kesepakatan gencatan senjata yang telah berlangsung selama satu pekan terakhir di Jalur Gaza.
Kedatangan Trump disambut langsung oleh Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu di Bandara Ben Gurion, Yerusalem. Dalam pernyataan pembukaannya, Trump menyebut kunjungan ini sebagai “langkah penting untuk memastikan perdamaian yang berkelanjutan dan pembebasan seluruh sandera secara aman”. Ia juga menegaskan bahwa Amerika Serikat akan tetap menjadi “mitra strategis Israel” dalam menjaga stabilitas kawasan.
“Kami datang bukan hanya untuk berbicara tentang perdamaian, tetapi untuk memastikan bahwa perdamaian itu benar-benar terjadi,” ujar Trump di depan media internasional.
Sementara itu, di Jalur Gaza, Hamas dikabarkan tengah mempersiapkan pembebasan tahap kedua dari total 48 sandera yang ditahan sejak pecahnya konflik dua tahun lalu. Proses tersebut merupakan bagian dari kesepakatan pertukaran tahanan antara Hamas dan Israel, di mana pihak Israel setuju membebaskan ribuan warga Palestina yang ditahan di berbagai penjara.
Menurut laporan dari otoritas Mesir yang menjadi mediator, pembebasan kali ini akan difokuskan pada kelompok sandera perempuan dan anak-anak. Pihak Mesir juga memastikan bahwa proses tersebut akan dilakukan di bawah pengawasan langsung perwakilan PBB dan Palang Merah Internasional (ICRC) untuk menjamin keselamatan semua pihak yang terlibat.
Kunjungan Trump ke Israel ini juga terjadi hanya beberapa jam sebelum dimulainya Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Perdamaian Gaza 2025 di Sharm el-Sheikh, Mesir. Dalam forum tersebut, Trump dijadwalkan bertemu dengan para pemimpin dari Mesir, Turki, dan Qatar untuk membahas langkah-langkah diplomatik lanjutan guna memperkuat gencatan senjata dan mengawal proses rekonstruksi Gaza.
Namun, kunjungan Trump juga memicu reaksi beragam di kalangan publik internasional. Sejumlah pengamat menilai bahwa kehadirannya memiliki nuansa politis menjelang pemilihan umum di Amerika Serikat tahun depan. Trump dianggap berusaha menunjukkan peran aktifnya dalam isu Timur Tengah sebagai bagian dari strategi politik globalnya.
Di sisi lain, kelompok HAM internasional menyerukan agar kunjungan ini tidak hanya menjadi simbol politik, melainkan benar-benar menghasilkan langkah nyata untuk menghentikan kekerasan dan memastikan perlindungan terhadap warga sipil. Amnesty International menegaskan bahwa gencatan senjata yang berlaku masih rapuh dan dapat runtuh kapan saja jika tidak diikuti oleh mekanisme pemantauan yang kuat.
Meski banyak menuai sorotan, Trump menegaskan bahwa kunjungannya ke Israel dan pertemuannya dengan para pemimpin regional merupakan bagian dari misi kemanusiaan dan diplomasi perdamaian. Dalam pernyataan terpisah di Tel Aviv, ia menegaskan kembali komitmen Amerika Serikat untuk “mengembalikan stabilitas dan harapan bagi rakyat di Timur Tengah”.
Situasi di Gaza hingga Senin malam dilaporkan masih tenang, meskipun pasukan Israel tetap siaga di beberapa titik perbatasan. Warga Palestina menyambut pembebasan sandera dan tahanan sebagai tanda awal berakhirnya konflik, sementara dunia menunggu hasil konkret dari pertemuan di Mesir yang disebut-sebut sebagai peluang terakhir menuju perdamaian yang sesungguhnya. (Fe)
Source : The Guardian