Jakarta, Indonesia – 13 Oktober 2025 Pemerintah Indonesia menyambut positif tercapainya gencatan senjata antara Israel dan kelompok Hamas di Jalur Gaza yang telah berlangsung selama sepekan terakhir. Langkah ini dianggap sebagai titik awal penting menuju upaya perdamaian yang lebih permanen di kawasan Timur Tengah yang telah dilanda konflik selama puluhan tahun.
Dalam pernyataan resminya, Presiden Prabowo Subianto menegaskan bahwa Indonesia mendukung penuh segala upaya diplomatik yang bertujuan mengakhiri kekerasan dan mendorong solusi damai yang adil bagi rakyat Palestina. Menurutnya, gencatan senjata ini harus diikuti dengan langkah konkret yang memastikan keamanan dan kesejahteraan warga sipil.
“Indonesia mengapresiasi kesepakatan gencatan senjata yang telah dicapai. Namun, perdamaian sejati hanya akan terwujud bila hak-hak rakyat Palestina dihormati dan pendudukan yang tidak adil diakhiri,” ujar Prabowo dalam konferensi pers di Istana Merdeka, Jakarta, Senin (13/10).
Presiden juga menyampaikan bahwa Indonesia siap memainkan peran aktif dalam menjaga stabilitas di kawasan tersebut. Pemerintah melalui Kementerian Pertahanan dan Kementerian Luar Negeri tengah mempersiapkan langkah-langkah diplomatik dan kemanusiaan, termasuk kemungkinan pengiriman pasukan penjaga perdamaian di bawah mandat Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menyatakan bahwa Indonesia terus berkoordinasi dengan negara-negara anggota Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) dan Dewan Keamanan PBB untuk memastikan agar gencatan senjata ini tidak hanya bersifat sementara. Retno menegaskan bahwa komitmen internasional diperlukan untuk mendorong pembentukan negara Palestina yang merdeka dan berdaulat sesuai dengan perbatasan tahun 1967.
“Kita tidak boleh berhenti pada gencatan senjata. Dunia harus memastikan adanya mekanisme politik yang adil agar rakyat Palestina dapat hidup dalam kemerdekaan dan martabat,” kata Retno.
Di dalam negeri, sejumlah organisasi kemanusiaan dan keagamaan turut menyambut baik kabar tersebut. Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah menilai bahwa gencatan senjata ini menjadi peluang bagi dunia Islam untuk memperkuat solidaritas kemanusiaan dan memperjuangkan rekonstruksi Gaza. Kedua organisasi juga menyatakan kesiapan untuk menyalurkan bantuan melalui lembaga filantropi masing-masing.
Selain itu, Palang Merah Indonesia (PMI) telah berkoordinasi dengan lembaga kemanusiaan di Mesir dan Qatar untuk mengirimkan bantuan medis tambahan bagi korban di Gaza. Bantuan tersebut mencakup peralatan kesehatan, obat-obatan, serta dukungan logistik untuk rumah sakit darurat yang kini kekurangan tenaga medis.
Namun, di tengah sambutan positif, sejumlah pengamat menilai bahwa tantangan utama justru terletak pada menjaga konsistensi dan kredibilitas gencatan senjata itu sendiri. Ketegangan di Tepi Barat dan perbedaan sikap antara faksi politik Palestina masih menjadi hambatan besar menuju perdamaian jangka panjang.
Indonesia berharap, melalui peran aktif komunitas internasional dan hasil Konferensi Tingkat Tinggi Perdamaian Gaza 2025 di Mesir, dunia dapat menemukan solusi politik yang berkeadilan. Bagi Jakarta, perdamaian di Gaza bukan hanya isu regional, melainkan juga ujian moral kemanusiaan global yang menuntut tindakan nyata, bukan sekadar retorika diplomatik. (Fe)
Source : Sekertariat presiden