Belgrade, Serbia – Pawai Pride di ibu kota Serbia pada Minggu (6/9) berubah dari acara perayaan hak-hak LGBTQ+ menjadi panggung solidaritas politik. Ribuan peserta turun ke jalan bukan hanya untuk merayakan keberagaman, tetapi juga menyuarakan kritik terhadap pemerintahan Presiden Aleksandar Vučić, yang tengah menghadapi gelombang protes besar-besaran.
Suasana pawai kali ini berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Alih-alih pesta meriah, massa Pride menggelar keheningan simbolis sebagai bentuk dukungan terhadap gerakan mahasiswa yang telah memimpin protes anti-korupsi sejak November 2024. Mereka membawa spanduk bertuliskan “Gays against police state!” dan meneriakkan slogan populer gerakan mahasiswa seperti “Pump it up!”.
“Kami hadir bukan untuk menciptakan kesan normal, melainkan untuk mengingatkan bahwa banyak dari kami yang ikut aksi protes telah ditahan,” ujar salah satu peserta.
Protes ini dipicu runtuhnya kanopi stasiun kereta di Novi Sad pada November 2024 yang menewaskan 16 orang. Tragedi itu memicu kemarahan publik terhadap dugaan korupsi, kelalaian pemerintah, dan lemahnya pengawasan infrastruktur.
Sejak saat itu, puluhan ribu warga Serbia rutin turun ke jalan di berbagai kota, termasuk Belgrade, Novi Sad, dan Kragujevac. Mereka menuntut pemilu dini, penyelidikan independen, serta reformasi menyeluruh untuk mengakhiri praktik korupsi.
Berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, Pawai Pride tahun ini berlangsung damai dan bebas dari serangan kelompok ekstrem kanan yang kerap menyerang acara tersebut. Namun, polisi tetap melakukan pengamanan ketat di sepanjang rute pawai.
Kehadiran Pride di tengah gejolak politik memperkuat posisi komunitas LGBTQ+ sebagai bagian penting dari gerakan demokrasi Serbia. “Solidaritas ini menunjukkan bahwa perjuangan hak LGBTQ+ tidak bisa dipisahkan dari perjuangan demokrasi dan hak asasi manusia secara luas,” kata seorang aktivis hak asasi manusia.
Pride tahun ini menjadi simbol perlawanan terhadap otoritarianisme dan kekerasan aparat. Ribuan warga yang hadir menunjukkan bahwa gerakan sosial Serbia tengah memasuki fase baru, di mana kelompok minoritas dan mayoritas bersatu menuntut perubahan.
Dengan dukungan yang semakin luas, protes anti-pemerintah di Serbia diprediksi akan terus berlanjut hingga pemerintah merespons tuntutan rakyat untuk pemilu dini dan akuntabilitas penuh atas tragedi Novi Sad.
Sumber :
.gif)