Spektrum Id Rio de Janeiro, 6 Juli 2025 — Dalam pertemuan tingkat tinggi BRICS yang digelar di Rio de Janeiro, Brasil, India menjadi satu-satunya negara anggota yang secara tegas menyatakan penolakannya terhadap rencana pembentukan mata uang bersama BRICS.
Rencana pembentukan mata uang bersama ini awalnya diusulkan oleh Rusia dan didukung oleh Tiongkok, Brasil, dan Afrika Selatan sebagai bagian dari strategi untuk mengurangi ketergantungan pada dolar AS dalam transaksi internasional. Namun, sikap India justru menjadi sorotan dalam sesi pleno yang digelar secara tertutup.
Menteri Keuangan India, Nirmala Sitharaman, menyampaikan bahwa India tidak melihat urgensi pembentukan mata uang bersama saat ini dan menilai hal tersebut berpotensi mengganggu stabilitas ekonomi domestik.
“India lebih memilih untuk memperkuat perdagangan antarnegara anggota dengan menggunakan mata uang lokal masing-masing daripada membentuk satu mata uang baru yang bisa menimbulkan risiko keuangan jangka panjang,” ujarnya dalam konferensi pers pasca-pertemuan.
Alasan Penolakan India:
-
Risiko terhadap Kedaulatan Moneter:
India khawatir bahwa mata uang BRICS akan menggerus otonomi kebijakan moneter nasional. -
Ketidakseimbangan Ekonomi di antara Anggota BRICS:
India menilai perbedaan struktur dan kekuatan ekonomi antaranggota BRICS terlalu besar untuk disatukan dalam satu sistem moneter. -
Kekhawatiran Dominasi Tiongkok:
Meski tidak diungkapkan secara langsung, sejumlah analis meyakini India cemas bahwa mata uang BRICS akan terlalu dipengaruhi oleh kebijakan ekonomi Tiongkok.
Reaksi Negara Anggota Lain
Rusia dan Tiongkok menyatakan kekecewaannya atas sikap India, namun tetap berkomitmen untuk melanjutkan kajian teknis mengenai desain dan mekanisme mata uang bersama, yang sementara diberi nama R5 (merujuk pada huruf pertama dari nama negara anggota: Russia, India, Brazil, China, South Africa).
Presiden Brasil, Luiz Inácio Lula da Silva, dalam pidatonya tetap menyerukan agar BRICS berani mengambil langkah besar untuk membentuk sistem keuangan alternatif yang lebih inklusif dan tidak bergantung pada dominasi mata uang tunggal.
Sementara itu, Afrika Selatan mendorong kompromi agar pembentukan mata uang BRICS dilakukan secara bertahap dengan fokus awal pada integrasi sistem pembayaran digital lintas negara.
Indonesia Pantau Perkembangan
Indonesia yang hadir sebagai mitra undangan dalam pertemuan tersebut turut memantau perkembangan isu mata uang BRICS. Menteri Keuangan Indonesia, Sri Mulyani, menyatakan bahwa Indonesia mendukung segala bentuk kerja sama yang meningkatkan stabilitas keuangan global, namun tetap menjunjung prinsip kehati-hatian.