.gif)
Spektrum New York, AS - Nama Zohran Kwame Mamdani kini sedang hangat diperbincangkan di kancah politik Amerika. Dari sosok yang dulu sempat didiskriminasi dan dituduh ekstrem hanya karena keyakinannya, kini ia justru menjadi calon terkuat Wali Kota New York 2025 dan jadi idola baru bagi Generasi Z Amerika.
Lahir di Kampala, Uganda pada 18 Oktober 1991 dari pasangan intelektual ternama Mahmood Mamdani dan sutradara film terkenal Mira Nair, Zohran tumbuh di lingkungan multikultural. Setelah sempat tinggal di Afrika Selatan, keluarganya pindah ke New York saat ia berusia tujuh tahun.
Zohran menempuh pendidikan di Bronx High School of Science dan kemudian memperoleh gelar sarjana studi Afrika dari Bowdoin College. Sebelum terjun ke dunia politik, ia sempat bekerja sebagai konselor perumahan dan rapper hip-hop, membangun akar yang kuat di komunitas urban.
Karier politiknya melesat cepat. Pada 2020, ia mengalahkan petahana empat periode dalam pemilihan Majelis Negara Bagian New York untuk Distrik ke-36 di Queens. Ia terpilih kembali tanpa lawan pada 2022 dan 2024. Kini, sebagai anggota Partai Demokrat sekaligus aktivis Democratic Socialists of America (DSA), Zohran maju sebagai calon Wali Kota New York City.
Yang menarik, Zohran adalah seorang Muslim Syiah sesuatu yang dulu sempat membuatnya jadi sasaran stereotip Islamofobik. Tapi kini, justru kejujuran, keberanian, dan idealismenya membuat ia dikagumi banyak orang, terutama kaum muda.
“Dia bukan cuma calon wali kota, dia simbol perubahan dan harapan,” ujar seorang aktivis Gen Z dalam sebuah aksi dukungan di Brooklyn.
Dengan gaya yang santai namun penuh semangat, Zohran sukses membangun koneksi kuat dengan generasi muda, yang merasa muak dengan politikus lama yang dianggap usang dan oportunis. Di media sosial, popularitasnya terus meroket dan banyak yang menyebutnya sebagai “Bernie Sanders-nya Gen Z”.
Pemilihan umum Wali Kota New York dijadwalkan berlangsung pada 4 November 2025. Jika terpilih, Zohran Mamdani akan menjadi wali kota Muslim pertama dalam sejarah New York City.
Dari seseorang yang pernah dipandang sebelah mata karena agamanya, kini ia berdiri di ambang kekuasaan membuktikan bahwa stigma bisa dipatahkan, dan harapan selalu menemukan jalannya.
